Mungkin banyak yang belum tau, sejak kecil saya terbiasa hidup nomaden. Berpindah-pindah dari satu kota ke kota lainnya.
Ketika masih kanak-kanak dulu, tentu saya mengikuti tempat di mana orang tua saya tinggal. Saya lahir di Medan, Sumatera Utara, beberapa bulan kemudian diboyong untuk tinggal di Cilegon, Banten.
Saat ayah saya melanjutkan studinya di Australia, saya pun ikut tinggal di kota Wollongong sampai beliau mendapatkan gelar Masternya di sana.
Baca juga : BerPINDAH
Selanjutnya saya dan keluarga tinggal di kota Cilegon untuk waktu yang cukup lama. Namun, petualangan saya hidup berpindah-pindah tidak berhenti begitu saja.
Hingga saat ini pun, saya hidup di tanah perantauan. Pengalaman saya yang tinggal ngalor-ngidul sana sini ini yang sepertinya menumbuhkan jiwa saya untuk menjadi traveler.
8 Kota Paling Berkesan yang Pernah Menjadi Tempat Tinggal
Setidaknya ada 8 kota yang pernah menjadi tempat tinggal saya dan meninggalkan kesan yang cukup mendalam selama hidup di kota tersebut :
1. Cilegon
Lahir di Medan tapi saya tumbuh sebagai wong Banten. Di kota yang terkenal sebagai kota industri baja ini, saya menempuh pendidikan formal mulai TK hingga SMA.
Hingga pada saatnya, saya harus berpisah dari Cilegon dan memulai kehidupan baru sebagai mahasiswi di kota pelajar, Yogyakarta.
Lebih dari 17 tahun hidup di sana tentu saja membuat Cilegon menjadi kota kenangan dan bersejarah dalam hidup saya.
Pindah dari kota Cilegon juga merupakan big moment bagi saya di mana saya harus meninggalkan teman dan sahabat yang mostly sudah saya kenal sejak duduk di bangku sekolah dasar.
Pergi meninggalkan Cilegon bukan sekadar pergi untuk kembali, pasalnya setelah memutuskan pensiun dini dari perusahaan tempat ayah saya bekerja, beliau memilih Yogyakarta sebagai base camp baru untuk kami sekeluarga tinggali.
Cilegon, annyeong!
2. Yogyakarta
Tidak pernah menyangka bahwa Yogyakarta akan menjadi forever comfort zone saya. 5 tahun hidup di Jogja untuk menimba ilmu, ternyata memberikan banyaak sekali kenangan tak terlupakan.
Terutama bersama sahabat, ada segudang momen yang kayaknya nggak akan bisa kembali sampai kapanpun. Apalagi sekarang masing-masing dari kami sudah memiliki tanggung jawab sendiri-sendiri yang lebih besar dan penting.
Tidak akan ada lagi momen sleepover sehari sebelum UAS untuk belajar bareng, nongkrong di warmindo sambil baca handout, karokean dalam rangka healing dan selebrasi setelah ujian atau after party setelah menggelar konser-konser orkestra bersama teman-teman Unit Kegiatan Mahasiswa.
Baca ini : Makan Seafood di Pantai Depok, Apa Istimewanya?
Nggak hanya itu, Jogja adalah rumah untuk saya. Ya iya jelas karena rumah orang tua saya di sana. Haha. Saya senang karena Jogja adalah tempat saya mudik setelah menikah dan hidup terpisah dari keluarga.
Jogja selalu berhasil mengobati kerinduan saya. Kerinduan terhadap keluarga, sahabat, kulinernya bahkan tempat main dan wisatanya. Jogs, you’re more than special!
3. Lombok
Pertama kali mengunjungi pantai-pantai di Lombok langsung membuat saya melabuhkan hati di sana. Cantik bingits ya Allah!
Menghabiskan sekitar satu setengah bulan di sana untuk menunaikan Kuliah Kerja Nyata (KKN) tak membuat saya kapok untuk datang lagi ke Lombok meski ketika tinggal di sana, hidup saya keras. lol.
Selain pemandangan alamnya yang masih perawan dan terjaga alaminya, saya juga sukaa sekali dengan kulinernya seperti nasi balap puyung atau sate rembiga.
Makanan-makanannya ngangenin banget, padahal ketika tinggal di sana saya merasa bosan banget hampir setiap hari disajikan nasi balap puyung. Hehe.
Merantau sesaat ke pulau Lombok membuat saya merasakan susahnya jadi orang susah :’) Ada banyak pengalaman hidup seadanya seperti tidur dengan hanya beralaskan tikar dan sleeping bag selama hampir 2 bulan, mau pergi ke kota harus ngeteng sekitar 1 jam lebih, tidak pernah tidur benar-benar nyenyak karena saat malam tiba banyak tikus berkeliaran dan harus bolak-balik menghadiri rapat di balai desa melewati kuburan yang very spooky (apalagi kalau malam).
Pengalaman tersebut tentunya diiringi dengan pengalaman berharga lain seperti membantu anak-anak di desa untuk belajar, mengedukasi masyarakat soal tanaman herbal, membuat plecing kangkung bersama ibu-ibu di desa dan yang paling tak terlupakan adalah saat saya membantu bidan untuk proses persalinan. Wow!
Keindahan alam serta keunikan budayanya membuat saya nggak kapok untuk kembali lagi ke sana, bahkan Lombok menjadi destinasi honeymoon saya bersama suami. Saya pun berencana ingin membawa anak saya pergi ke sana suatu hari nanti.
Baca juga : 5 Rekomendasi Destinasi Honeymoon Romantis untuk Newlyweds
Lombok, neomu joha!
4. Cikarang
Selepas KKN, PKL datang menyambut. Praktek Kerja Lapangan mengharuskan saya angkat koper lagi dari Jogja ke Cikarang selama kurang lebih dua bulan. Bekerja di salah satu industri farmasi terbesar di sana membuat saya mantap untuk memilih pabrik obat sebagai tujuan saya setelah lulus kuliah.
Sama seperti kota-kota sebelumnya, Cikarang pun memiliki ceritanya sendiri. Untuk pertama kalinya saya tinggal sekamar berdua dengan rekan saya selama di sana. Hidup berdampingan dengan orang lain tentu membuat saya harus beradaptasi dan menyamankan diri sendiri ketika privacy tidak lagi 100% milik saya.
Selain belajar banyak mengenai industri farmasi, Cikarang membuat saya memiliki waktu yang cukup untuk mengeksplorasi kota-kota di sekitarnya. Hampir setiap minggu saya melancong ke Bandung, Jakarta atau Depok untuk main. Wkwk!
Ada dua momen yang paling berkesan selama saya tinggal di Cikarang. Momen menyedihkan dan momen menyenangkan. Salah satu momen tersedih saya adalah ketika saya sakit dan jauh dari orang tua. Ketika itu, maag saya kumat cukup parah sehingga harus bed rest beberapa hari.
Berhubung rekan saya bekerja, saya pergi sendiri ke rumah sakit dan mengurus diri sendiri hingga pulih. Kalau diingat sedih sih itu. Heu..
Sementara momen menyenangkannya adalah saya menjadi mahir menyetir mobil karena kebaikan teman sekamar saya. Ia yang tak tahan dengan segala kemacetan dan hiruk pikuk di kawasan industri Cikarang meminta saya untuk bergantian membawa mobil setiap hari.
Begitu pula ketika kami pergi ke Jakarta, tak ragu ia meminta saya membawa mobilnya hingga keluar kota. Pengalaman menjadi supir antar kota itu tentu merupakan yang pertama bagi saya.
Kesan saya untuk Cikarang, you’re rock!
5. Laussane
Meski hanya beberapa minggu hidup di sana, Laussane akan selalu menjadi bagian dari perjalanan hidup saya yang sangat berkesan. Iya dong, pertama kalinya menjejakkan kaki di Eropa!
Jika Indonesia memiliki Yogyakarta sebagai kota pelajar, maka kota pelajar di Swiss adalah Laussane. Selama beberapa waktu, atas izin Allah saya berkesempatan untuk belajar bersama teman-teman dari berbagai negara di sana. Allahuakbar!
Tinggal di negara orang tentu menjadi pengalaman tersendiri yang membuat saya semakin membuka mata lebar-lebar bahwa bumi Allah itu luas dan ada banyak hal yang bisa dipelajari dari sana.
Saya kagum dengan betapa mahasiswa di sana itu vokal-vokal ketika ditanya oleh dosen, mereka aktif mengemukakan pendapat dan berdiskusi dengan dosen layaknya curhat sama teman akrab. Dosen pun mengajak para mahasiswa/i untuk hangout atau makan bersama di rumahnya sambil ngomongin project. Something that I’ve never seen in my campus.
Saya juga belajar memaklumi bahwa dunia malam sudah menjadi bagian hidup dari kebanyakan mahasiswa di sana. Nggak semua tapi ya hampir semua ber-party after class hingga tengah malam. Herannya, paginya mereka sudah berangkat kuliah lagi dan terlihat baik-baik saja. Haha.
Tulisan saya selama di Swiss bisa dibaca di artikel berikut :
Pergi ke Swiss, Koper Tertinggal di Jerman
Mengenang Laussane, Kota Pelajar nan Cantik di Switzerland
Interlaken, The Real Definition of Little Piece of Heaven
Laussane, j’ai laissé la moitié de mon cÅ“ur avec toi.
6. Cimahi
Tiga kota terakhir tempat saya merantau ada di daerah Jawa Barat. Pertama adalah Cimahi. Kota tempat saya bekerja di bagian pemastian mutu sebuah industri farmasi.
Visi dan misi saya ketika pindah dari Jogja ke Cimahi adalah manfaatkan waktu sebanyak dan sebaik mungkin mengeksplor tempat-tempat di sana. Sebuah pegangan hidup untuk semangat mencari pundi-pundi berlian di sana. lol!
Dan ya, Cimahi membuat saya menjadi anak motor yang suka touring. Bersama beberapa sahabat di kantor, tiap weekend kami punya agenda untuk plesiran ke banyak tempat di Jawa Barat terutama daerah Lembang dan Ciwidey.
Biarpun tinggal di Cimahi, ketika ada waktu luang saya dan teman-teman lebih sering main ke kota Bandung. Dulu saya berpikir, jika suatu saat sudah tidak lagi bekerja di sana dan pindah ke kota lain, kapan lagi bisa eksplor Bandung dan sekitarnya seperti itu? YOLO banget anaknya.
Akan tetapi, bukan berarti kota Cimahi tidak berkesan buat saya. Berkesan banget karena saya menemukan belahan jiwa di kota tersebut. Office romance gitu ceritanya. Eciyee~ Daan karena ini pula akhirnya saya benar-benar resmi tercatat sebagai penduduk Bandung.
7. Bandung
Sama sekali nggak pernah terpikir kalau saya akan kembali menjadi orang di daerah barat (setelah Cilegon). Ternyata sejarah mencatat saya berjodoh dengan orang Sunda! Saya pun ikut tinggal bersama di kota Bandung.
Selama hidup di Bandung, buanyak sekali perubahan yang terjadi dalam hidup saya. Saya mengalami fase transisi dari saya yang anaknya ‘YOLO’ dan suka hore-hore sana sini, berubah menjadi ibu rumah tangga yang memiliki segudang tanggung jawab dan prioritas yang sudah berbeda.
It was not easy. Namun, Maha Baik Allah yang memberikan bantuan untuk saya melalui kakak-kakak ipar saya yang sangat mendukung dan menyayangi saya selayaknya adik bungsunya sendiri.
Baca juga : Seru-seruan bersama Keluarga di Lembang Park and Zoo
Saya yang ekstrovert dan terbiasa hidup di komunitas dengan banyak orang, merasa terhibur dengan kehadiran kakak-kakak ipar saya yang jumlahnya tidak bisa dibilang sedikit.
8. Sukabumi
Then here I am, setelah suami memutuskan untuk pindah bekerja keluar kota, saya bersama bocil pun ngikut dan tinggal di kota Sukabumi. Mulanya banyak yang meragukan bahwa saya akan betah tinggal di sini. Kkk~
Namun bagi saya yang sudah terbiasa hidup berpindah ke mana-mana, saya nggak punya beban pikiran lagi ketika harus pindah again dari kota tempat tinggal saya sebelumnya. Kayak udah yakin aja jalannya memang harus seperti ini.
Baca tentang : Situ Gunung Suspension Bridge, The Long and Winding Bridge
Meskipun demikian, rasa khawatir dan canggung akan hidup di tempat baru itu tetap ada. Apalagi di Sukabumi kami benar-benar lepas dari keluarga dan saudara. Saya nggak punya teman satu pun di sini. Lagi-lagi jiwa ekstrovertku meronta, gimana gue bisa bertahan hidup di sini?
Ternyata eh ternyata, dengan kuasa Allah justru aku menemukan jalan untuk kembali berkomunitas di sini. Saya bisa kembali menjalankan hobi menulis hingga dapat menuliskan cerita ini di blog! Masha Allah.
Merantau? Enjoy-in Aja!
Hidup jauh terpisah dari kedua orang tua dan keluarga memang tidak selalu mudah. Rasa rindu hingga homesick kadang melanda. Keinginan untuk punya pintu ke mana saja pun semakin kuat, loh?!
Tinggal di perantauan bukan hanya membuat saya merasakan bahwa rindu (pada keluarga) itu berat, tapi juga menempa diri saya untuk lebih tangguh, kuat dan mandiri dalam tiap fase hidup saya.
Ada masanya ketika saya harus kembali mengemas barang-barang, memasukkannya ke dalam koper dan kardus untuk berpindah hidup lagi, saya merasa jenuh. Tapi, ada juga perasaan excitement yang membuat saya bersemangat untuk berpetualang lagi di kota yang baru nanti.
Hidup merantau itu seru kok! Banyak sekali pengalaman dan pelajaran hidup yang akan didapatkan, walaupun mungkin jalannya tidak selalu mulus dan kita harus melewati beberapa rintangan. Enjoy-in aja deh!
Asyik sekali bisa pindah2 kota. Merasakan atmosfer yg berbeda.
Yogya emang istimewa n ngangenin ya.
Kakak punya tulisan lain tentang tips adaptasi di tempat baru?
Belum ada nih, wah makasih banyak idenya. Auto kepikiran pengen bikin tulisan pakai topik itu. Hehe..
Wah sekarang di Sukabumi, toss ah samaan deh. Sebagai asli orang Sukabumi, bagaimana pun juga kota ini memang kota buat tinggal yang paling berkesan. Selalu ada kenangan dan alasan untuk balik ke Sukabumi. Salam!
Wah mas raja sukabumi juga ternyata! Nggak nyangka juga sih saya bakal sampai ke sini. Biarpun kota kecil, seneng bisa dapat banyak teman dari komunitas..
Satu-satunya tempat yang sama, cuma Lombok! 🙂
Jadi berharap bisa tinggal di salah satu dari 7 kota di atas. Urutan tertinggi si Bandung dan Jogja. Berasa tiap hari blusukan ke tempat-tempat wisatanya deh
Aamiin. Semoga bisa kesampaian someday ya. Tapi waktu tinggal di Jogja dan Bandung tiap weekend justru di rumah aja, ke mana-mana sebisa mungkin di hari kerja biar sepi. Hihi..
Mantap, ternyata pindah2 kota jga tempat tinggalnya Mbak. Hehehe sama sepertinya kita Mbak, tapi aku berada di daerah sumatera…
Aku lahir di sana Mbak, kebetulan orang tua Bapak tinggal di Medan. Tapi Bapak kerja di Jawa jadilah kami merantau di mana-mana. Haha..
Aiih, mashaAllah~
Senang sekali menjelajah bagian dari bumi Allah. Jadi bisa merasakan udara dari berbagai tempat tinggal meski masih di bawah langit yang sama (Aiii…so romantic yaah))
Memang pindah itu ada seninya. Dan kemampuan beradaptasi juga diperlukan di sini. Gak perlu baper dengan setiap perpindahan dalam hidu, karena semua sejatinya adalah sebuah proses yang kelak mendewasakan kita.
Tapi aku paling salut perjuangan kak Ima saat di Cikarang dan Lombok.
Rasanya masa-masa itu yaa.. struggling sekali.
Indah untuk dikenang dengan segala suka duka yang mewarnai.
Setuju Mbak. Ada sedihnya ada excitednya juga pindah-pindah tuh. Bersyukur bisa ke mana-mana, jadilah sampai sekarang nggak bisa kalau nggak nyobain traveling ke manaa gitu. Hehe.
Iya, the struggle is real deh. Apalagi masa-masa KKN aja kan tu dramanya..
Aih, seru sekali ya bisa merantau sana-sini nyobain atmosfer yang berbeda-beda.
Aku juga sama sih, cuma ga sebanyak kakak aja hehehe. Aku lahir di Jakarta, terus pindah dan tumbuh gede di Kuningan. Setelah lulus SMA ya nomaden aja deh sekitaran jakarta. Bogor, Bekasi, Depok udah jadi kota tempat hidup sehari-hari.
Sampe rasanya kayak kota-kota ini ga berjarak gitu. Saking sering melipir sana sihi hehehe
Kalau sering dijabanin malah jadi kerasa deket ya, Mas. Saya juga gitu, sih. Dulu kerja di Cimahi dan masih single, duitnya dipakaia buat bolak balik aja pulang ke Jogja. Berasa deket, padahal naik kereta 8 jam. Haha..
Dari beberapa lokasi diatas yang sempat tinggal lama cuma di Yogyakarta, untuk daerah lainnya belum pernah sama sekali sih, dan belum pernah merasakan tinggal secara langsung dikota tersebut. Wahh lihat dari ceritanya ini jadi ada sedikit gambaran nih mengenai suasana tempat tinggal di daerah tersebut hhi
wah lumayan banyak juga ya, mbak kota yang pernah ditinggalinya. kalau saya cuma pernah tinggal di Bandung waktu kecil dan di Banjarbaru waktu kuliah dulu. memang merantau itu memberikan banyak pelajaran hidup dan warna ya dalam hidup kita
ah senangnya baca tulisan ini berasa iut pindah pindah kota juga jadi penasaran gimana rasanya merantau soalnya setelah punya anak aku kembali ke kampung halaman nih
Wah seru juga berpindah-pindah serasa keliling Indonesia. Bandung emang tempat terbaik kalau menurutku
Berpindah tempat itu seperti belajar lagi dari nol. Melelahkan dan mungkin sedih saat sudah nyaman dan punya bestie . Tapi disisi lain tantangn juga anugerah karena punya kesempatan kenal byk tempat
Aaaa Yogyakarta. Setiap kali menjejak Jogja, autonyanyi: musisi jalanan mulai beraksi, iringi laraku kehilanganmu ditelan deru kotamu… #eaaaa
Traveler sejati nih bun.. Aku juga pengennya gitu tapi qadarullah harus menetap di Jakarta aja. Pergi ke beberapa kota di Indonesia dan negara lain cuma sebentar, paling lama 2 minggu.
selalu iri sama orang yang bisa pindah-pindah gini, karna seru banget selama hidup bisa pindah-pindah tempat tinggal, pasti masing-masing kota punya kenangan tersendiri..
aku selama hidup masih setia aja nih sama jakarta wkwk
Aku dulu tinggal di jogja juga mba … memang berkesan sekali karna banyak kenangan semasa kecil disana. Andaikan kondisiku lebih baik pasti aku akan lebih memilih tinggal disana
Seru banget mbak punya banyak cerita di setiap kota. Tapi, yes, Yogyakarta memang selalu membuat rindu dan tempat untuk pulang, ya 🙂
Buat aku, Yogyakarta dan Lombok memang paling berkesan. Banyak cerita menarik dari kota-kota tersebut.
Btw asyik juga ya mbak, punya banyak cerita dari masing2 kota. 😃
Suka ngebayangin tinggal dalam waktu lama di lombok. Seru bgt pasti ya pemandangan cantik bisa dilihat kpnpun 🥰
Hampir sama nih Mbak. Hidup saja juga saat ini tepatnya setelah berumah tangga masih nomaden. Bedanya pindahnya2 saya di daerah sekitar Sulsel doang. Nggak nyampe ke pulau seberang, hehe. Hidup di rantauan memang punya tantangan tersendiri ya. Apalagi berpindah2 gitu, ada sukanya ada susahnya juga *eh tapi ya dinikmati aja.
Alhamdulillah seneng banget baca ceritanya mba, beruntung ya bisa merasakan tinggal di beberapa kota, ngga semua orang punya kesempatan seperti itu 🤗
Pingback: Apa Saja Kelebihan dan Kekurangan Tinggal di Apartemen?
Pingback: Travel Blogger, Meninggalkan Jejak Digital untuk Mengukir Kenangan
Sincere gratitude.
Pingback: The 5 Best Domestic Beaches I’ve Ever Visited - Welcome to Maeplace!
Pingback: Nasi Balap Puyung, Sajian Khas Lombok yang 'Ngangeni' - Welcome to Maeplace!