Mengenal Tradisi Piring Terbang dalam Pernikahan di Solo

tradisi-piring-terbang

Tanggal 17 Februari yang lalu, saya menghadiri pesta pernikahan yang istimewa di Boyolali, Jawa Tengah. Tentu saja istimewa, sebab yang menikah adalah adik saya yang ke-2. Hehe. Dalam acara tersebut, ada satu hal yang menarik perhatian saya, yaitu tradisi piring terbang yang masih dipertahankan di tahun 2024 ini.

Pernahkah kalian mendengar istilah ‘piring terbang’ dalam resepsi pernikahan?

Mengenal Tradisi Piring Terbang di Pernikahan Adat Jawa

Tradisi piring terbang tidak untuk diartikan secara harfiah, ya. Maksud dari istilah tersebut adalah pramusaji akan mengantarkan piring-piring berisi makanan ke tamu-tamu yang datang di pesta pernikahan.

Baca juga: 5 Rekomendasi Destinasi Honeymoon Romantis

Jadi, jika selama ini Mae frens datang ke resepsi pernikahan dan mengambil makanan sendiri (prasmanan), tradisi ini kebalikannya. Tamu-tamu tinggal duduk manis, makanan dan minuman akan diantarkan secara bergantian.

penikahan-adat-solo
Happy wedding my dear Bro!

Sejarah tradisi piring terbang di Indonesia sendiri sudah ada sejak zaman kerajaan Mataram. Tradisi ini pun dipertahankan oleh masyarakat yang tinggal di daerah Solo, Wonogiri, Klaten, dan daerah lain di Jawa Tengah, termasuk Boyolali.

Konon, gaya jamuan ini dilakukan untuk menghormati para tamu yang kebanyakan berdiri saat menghadiri resepsi pernikahan dan menyantap makanan. Oleh karenanya, dalam tradisi ini, tamu-tamu dipersilahkan untuk duduk dan menikmati pesta, sambil menikmati hidangan yang sudah disiapkan.

Baca juga: 4 Tipe Traveler Setelah Berkeluarga

Panduan USDEK sebagai Menu dalam Tradisi Piring Terbang

Saat pesta kemarin, menu-menu yang disajikan adalah teh manis hangat, camilan berupa kue dan jajanan pasar, sup, nasi dan lauk pauk, terakhir es krim. Ternyata, menu-menu yang disajikan dalam tradisi piring terbang ini memang sudah memiliki pakemnya sendiri yakni USDEK.

unjukan-teh-manis
Unjukan berupa teh manis hangat

USDEK merupakan singkatan dari Unjukan (minuman), Sup, Daharan (makanan utama), Es (hidangan penutup) dan Kondur (pulang). Setelah membaca referensi mengenai tradisi ini, saya baru ngeh, oh iya ya hidangan yang disajikan memang sesuai dengan aturan tersebut.

Unjukan yang dihidangkan memang kebanyakan teh manis hangat, namun kemarin saya bisa request air putih untuk anak saya. Hidangan pembuka yang umum disajikan adalah kue bolu, risoles atau kroket, dan kacang-kacangan.

unjukan-kue-basah

Nama sup yang dibagikan untuk para tamu adalah sup manten, isinya wortel, jamur, bola-bola mie dan daging. Ada juga opsi untuk menghidangkan selat solo. Bedanya, kalau sup manten cita rasanya gurih dan segar, sementara selat solo memiliki cita rasa lebih manis.

Baca tentang: Makan Seafood di Pantai Depok, Yogyakarta

Sup Manten

Hidangan utama yang disajikan adalah nasi dengan lauk pauk dan sayuran lengkap. Sementara itu, sajian terakhir yang biasa dihidangkan dalam tradisi ini adalah es krim, es puter, atau bisa juga es buah.

daharan-tradisi-piring-terbang
Daharan – Hidangan Utama

Penyajian semua makanan tersebut nggak langsung jebred semua gitu, frens. Dari menu satu ke menu lainnya ada jeda, sehingga tamu-tamu bisa menghabiskan menu yang sebelumnya dibagikan. Pihak katering sudah bisa memperkirakan kapan menu-menu tersebut dibagikan, dan disesuaikan dengan durasi pesta.

Masihkah Relevan di Zaman Sekarang?

Meskipun katanya tradisi piring terbang ini dulu juga banyak ditemukan di daerah Yogyakarta, nyatanya di Jogja sudah jarang resepsi pernikahan yang menggunakan tradisi ini. Baik saya, maupun adik pertama saya, tidak menggunakan tradisi ini saat resepsi pernikahan kami.

Terakhir kali saya datang ke acara pernikahan dengan gaya jamuan seperti ini adalah saat menghadiri pernikahan bulik saya di Solo, belasan tahun yang lalu. That’s why saya amazed saat kembali menemukan jamuan piring terbang dalam resepsi adik saya sendiri.

Saya sendiri penasaran dan bertanya pada adik ipar saya, yang berasal dari Boyolali, mengapa masih menggunakan style piring terbang di pernikahan mereka? Biasanya kan anak-anak muda inginnya gaya modern, dan tradisi ini pun sudah banyak ditinggalkan terutama di pernikahan zaman now yang lebih memilih untuk standing party.

Alasannya karena para sesepuh dari keluarga adik ipar sayalah yang ingin mempertahankan tradisi tersebut. Value dari tradisi piring terbang untuk menghormati para tamu inilah yang mereka pegang. Pihak keluarga menganggap bahwa tamu itu ya harus dimuliakan. Sehingga, ngapain lah mereka ngambil makan dan minum sendiri, lebih baik makanan dan minuman yang dihidangkan ke depan para tamu.

Tamu Tidak Boleh Datang Terlambat!

Berhubung sajian makanan dan minuman datang secara bergantian dalam jangka waktu yang berbeda-beda, para tamu diharapkan datang tepat waktu supaya kebagian makanan. In my personal opinion, ini jadi salah satu kekurangan dari tradisi piring terbang.

Tamu-tamu yang datang di tengah-tengah acara, tidak kebagian hidangan yang disajikan di awal. Apalagi para tamu yang datang kesiangan, bisa-bisa hanya mendapatkan ucapan terima kasih aja dari pengantinnya saat bersalaman. Hehe.

Pengalaman tersebut pernah dialami sendiri oleh kedua orang tua saya saat datang ke resepsi pernikahan di Solo. Bapak yang saat itu santai-santai, ternyata tiba di venue menjelang akhir acara. Alhasil, bapak dan ibu saya nggak kebagian makanan. Sepulangnya dari acara pernikahan, mereka pergi cari makan sendiri.

Meski demikian, menurut saya tradisi seperti ini layak untuk dipertahankan. Piring terbang ini sudah jadi ikon banget di resepsi pernikahan daerah Solo dan sekitarnya. Saya juga suka dengan nilai-nilai di balik tradisi ini. Plusnya lagi, semua jumlah kursi yang tersedia cukup untuk semua tamu yang hadir. Sehingga, nggak ada cerita tuh tamu berdiri-berdiri karena nggak kebagian kursi.

Gimana menurut Mae frens, unik ya tradisi piring terbang ini?

4 Comments

  1. Tradisi ini masih ada meski nggak sebanyak zaman saya kecil dulu di kampung saya di Bojonegoro. Tapi saya masih ingat banget, ortu pernah ngadain resepsi pernikahan adik ibu, dengan hidangan kayak gini. Teh, sup, makanan berat, es podeng terus kue kotak untuk dibawa pulang. Sup manten sama es podengnya sedap, nggak bisa lupa sampai sekarang

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *