Traveling semasa single, double dan sudah ber’ekor’ memiliki ceritanya masing-masing. Tentu saja ada perbedaan yang benar-benar terasa ketika bepergian hanya membawa diri dengan bepergian bersama keluarga.
Ketika single, persiapan sebelum traveling benar-benar bisa sesimple mungkin. Kalaupun rempong, ya ribet dengan urusan diri sendiri. Saat masih berdua dengan suami pun, nggak begitu ada perbedaan yang signifikan. Meskipun, tentunya barang bawaan yang tadinya lebih sedikit menjadi lebih banyak.
Sebelum memiliki anak, traveling dengan jadwal padat masih dijabanin. Mengunjungi beberapa spot dalam satu hari, mengabadikan momen sebanyak mungkin melalui jepretan kamera.
Kehadiran anak membuat aktivitas traveling kami jadi ‘meriah’. Never imagine kalau bepergian bersama bocil itu bisa heboh banget, butuh persiapan yang nggak sebentar dan membuat kami harus beradaptasi lagi setiap kali bepergian.
4 Tipe Traveler Setelah Berkeluarga
Berdasarkan pengalaman dan pengamatan saya, ada beberapa tipe family traveler yang menarik untuk diulas. Tipe traveler yang manakah teman-teman setelah berkeluarga?
Well-Prepared Traveler
Tipe traveler ini memiliki perencanaan yang matang setiap kali akan bepergian. Mulai dari perhitungan budget dari jauh-jauh hari, mencari tempat penginapan yang nyaman, ramah anak dan tidak jauh dari tempat wisata yang akan dikunjungi.
Para well-prepared traveler juga biasanya sudah membuat daftar tempat wisata yang akan dikunjungi serta kuliner khas dan hits apa saja yang akan mereka coba. Nggak jarang juga, mereka mempercayakan perjalanannya menggunakan agen travel untuk mengurus jadwal dan kegiatannya.
Spontaneous Traveler
“Mah, ayok siap-siap kita berangkat ke Jepang…”
“Sekarang?”
“Iya sekarang, Papa udah booking hotel sama beli tiket pesawat,”
Gitu deh kalau punya suami yang tipe spontaneous traveler. Nggak ada angin nggak ada hujan, lagi enak-enak rebahan diajak berangkat. Kayaknya suami saya termasuk sih, meskipun belum pernah juga tiba-tiba gue diajak berangkat ke Jepang. lol!
Baca juga : Pengalaman Swab Antigen Balita di Stasiun Kereta Api
Tipe traveler yang ini, kalau lagi semangat pergi ya harus berangkat saat masih high energy untuk bepergian. Kalau momennya udah lewat, kemudian jadi mager lagi.
Banyak yang punya pikiran, biasanya kalau direncanain nggak jadi-jadi sementara yang spontan pasti jadi tuh wacana traveling.
Busy Traveler
Tipe traveler sibuk kayak gini, pasti udah punya sederet daftar kegiatan dan tempat-tempat mana saja yang akan dikunjungi dalam sehari. Ibarat kata, hotel hanya dijadikan sebagai tempat untuk tidur aja. Sayang banget kayaknya kalau lama-lama menghabiskan waktu berdiam diri rebahan di hotel.
Saya jadi kembali teringat dengan ayah saya. Beliau pernah berkata ngapain pergi ke … (sebut kota tempat liburan) kalau kerjanya cuma tidur-tiduran di hotel saja?! Jadi, kalau bisa nih ya sejak setelah matahari terbit, minimal sudah ada kegiatan yang dilakukan sesederhana jalan-jalan di sekitar penginapan.
Baca tentang : Ke Manado, Mengunjungi Wisata Alam Sampai Wisata “Ekstrem”
Jangan kasih kendor, gas terus maksimalkan waktu jalan-jalan. Tipe ini cocok bagi pasangan dengan anak-anak yang sudah lebih mandiri atau bagi pasangan yang nggak keberatan untuk rempong bareng menyiapkan berbagai kebutuhan mereka dan juga anak-anaknya.
Buat pasangan yang masih punya toddler, seru sih bisa memaksimalkan momen dengan jalan-jalan ke banyak tempat dalam satu hari. Tapi, harus dipikirkan juga kondisi fisik dan psikis baik dari orang tua maupun anaknya :’)
‘Lazy’ Traveler
Kalau tipe yang satu ini, inginnya traveling untuk menikmati hidup di suatu tempat tanpa banyak mengeksplorasi tempat lain. Biasanya mereka memilih untuk memesan penginapan yang di dalamnya udah serba ada. Mulai dari breakfast, kamar yang nyaman, area olahraga, spa dan sauna, area bermain untuk anak-anak bahkan mencari penginapan yang ada private beach-nya sekalian.
Mungkin kegiatan traveling seperti ini lebih kita kenal dengan staycation kali ya. Nggak ada salahnya sih, pergi ke suatu tempat untuk refreshing dengan menikmati segala fasilitas yang ada. Apalagi di masa pandemi seperti ini, staycation jadi pilihan banyak keluarga untuk mencari hiburan di luar rumah.
Untuk pasangan yang ngebet traveling tapi merasa kerepotan dengan urusan perbocilan, nggak apa-apa lah sekali-kali menjadi ‘lazy’ traveler. Istri bisa istirahat sejenak dari hiruk pikuk pekerjaan rumah tangga, suami pun bisa cari suasana baru selain kantor dan rumah.
Kalian Tipe Traveler yang Mana?
Setelah membaca keempat tipe traveler setelah berkeluarga, ada nggak kira-kira yang relate dengan teman-teman?
Saat masih single dulu, saya termasuk traveler yang harus mempersiapkan semua dari jauh-jauh hari. Bisa dikatakan well-prepared traveler dan busy traveler, karena inner child saya selalu ngikut kata-kata Bapak yang merasa rugi banget udah datengin satu tempat tapi nggak ke mana-mana.
Setelah menikah, saya harus beradaptasi dengan kebiasaan suami yang kadang tanpa persiapan apa-apa langsung ngajakin pergi. Nginep pula! Saya juga harus membiasakan diri dengan suami yang setelah punya anak udah nggak mau lagi jadi ‘busy’ traveler.
Kalau dulu cari penginapan yang nggak usah pakai breakfast agar bisa plesiran cari kuliner, sekarang udah lah tambah breakfast aja biar nggak ribet milihin sarapan buat bocil.
Dulu, bisa datangin beberapa spot dalam sehari. Sekarang baru satu atau dua tempat, udah gempor ngejar-ngejar anak. Apalagi kalau dia capek dan minta gendong. Dah pengen buru-buru balik penginapan buat rebahan. Wqwq~
Tapi nggak apa-apa, tipe traveler apapun kita yang terpenting adalah menciptakan momen menyenangkan yang memorable bersama keluarga tercinta.
Aku kebetulan tidak suka travelling mba, pergi kalau diajak saja haha…tapi aku lebih suka well prepared sih daripada sudah sampai di tujuan kenapa kenapa malah bikin mood jelek pas traveling
Setuju, kalo sudah diprepare dengan baik rasanya lebih tenang aja gitu. Nggak khawatir ada yang ketinggalan atau selalu ada plan cadangan kalau nggak sesuai plan awal. Jadi nggak zonk.
aku traveler yang spontan (karena masih berdua sama suami, hehe)
suka-suka aja dah pagi itu mau berangkat ke mana
toh barangnya itu-itu doang kan
apalagi kami berdua bukan tipe orang yang perfect
Sebelum menikah, aku dan pacarku itu kayak kalian, Ros. Mutusin mau pergi itu H-1. Asal yang penting ada bensin, ada hotel dengan 2 kamar terpisah, ya sikat aja.
Tapi setelah kami punya bayi, kami berubah jadi well prepared traveler. Terutama yang disiapkan adalah perlengkapan bayi (pakaian orangtuanya sendiri aja sering lupa). Soalnya kerasa banget kalau perlengkapan bayi itu ada yang nggak kebawa, wah, repot banget.
Nah, setelah pandemi datang, kami berubah lagi. Kebetulan anak kami udah besar. Tapi tetep aja nggak bisa balik jadi spontaneous traveler lagi. Paling sekarang bisanya jadi lazy traveler. Yang dicari memang cuman staycation dan leyeh-leyeh di kolam renang. Soalnya cita-cita utamanya memang cuman kepingin ganti suasana kamar tidur, wkwkwkwk…
Iya Kak Vicky, setelah punya anak rasanya kalo mau traveling itu harus inhale-exhale dulu. Menenangkan diri supaya nggak ada yang kelupaan barang-barang anaknya..
Iya cucok kalau masih berdua mau langsung berangkat oke, mau ke sana sini oke langsung let’s go ya, Mbak. Seru!
Ya nggak apa-apa Mbak Ros, dulu saya dan suami pun begitu. Tapi tetep sih, saya biasanya well-prepared, suami lebih selow. Kalau masih berdua, barang mah mau bawa apa aja bisa diatur lah ya. Kalau kurang dadakan juga gampang ngurusnya asal nggak krusial. Hihi..
Kalau saya sih termasuk yang WPT alias Well Prepared Traveller dengan kombinasi Busy Traveller.
Jadi udah sebelum berangkat penuh persiapan, sampai di lokasi juga langsung gas pol rem blong. Ya bener sih kata bapak, ngapain pergi jauh-jauh kalau cuman rebahan di hotel doang.
But above all, setuju deh sama Mbak, yang penting itu memorabilia dari travellingnya.
Mantap, Mas. Gas poll terus ya, saya juga kepengen begitu. Cuma suka beda pendapat sama suami yang sampe sekarang masih lazy kalo pergi-pergi ke banyak tempat gitu. Semoga bisa back to busy traveler lagi. Hoho..
Sejak pandemi ngga pernah kemana-mana, jadi rada bingung saat ditanya yang mana mba, hahaha.. tapi kayaknya sih well prepared.
Wkwk ampe udah lupa ya Mba rasanya traveling. Semangat semoga segera bisa plesiran dan melancong-melancong lagi ya..
Mostly keluarga saya well-prepared traveler. Alasannya karena saya punya anak spesial dan dua anak lainnya yang masih balita. Kalo traveling gak direncanain dengan baik, itu gak bagus buat si abang karena bisa mengancam dietnya yang udah komprehensif saya lakukan selama 1,5 tahun terakhir.
Wah, ngomongin diet anak jadi terinspirasi nih dari Mbak. Kadang kalo bepergian emang suka kacau sih jadwal makan anak dan perlu penyesuaian lagi di anaknya juga. Kadang keasyikan main jadi mogok makan lah, karena rame jadi nggak mau makan, dll. Kayaknya emang harus konsisten dan kekeuh nih ya sama jadwal.
sepertinya saya tipe yg busy traveler dengan persiapan sebelumnya, tapi ya nggak prepared banget…hihi.. Etapi tetep lebih milih penginaoan yg ada sarapannya sih, jadi hunting kulinernya di siang n malam saja..hehe..
Iya enak cari penginapan yang ada sarapannya ya. Bangun tidur, laper, nggak mikir deh mau cari makan apa. Hehe..
Setelah berkeluarga dan punya anak, tentu saja saya jadi tipe traveler yang nomor 1. Apa-apanya harus direncanakan dengan matang. Padahal dulu, mau liburan tinggal cus pergi. Gak mikirin ini dan itu, yang penting bawa baju ganti dan isi ATM memadai. Hahaha
Sekarang, kudu mikir nanti anaknya betah apa enggak, rewel apa enggak. Pilih tempat makan pun kudu yang nyaman biar anak gak rewel. Dulu, tempat makan di mana yang hits, sebisa mungkin dikunjungi. 🤣🤣
Memang kalau sudah punya anak ini bakalan mengubah gaya travelling kita ya. Minimal harus nyiapin buat anak dan nyari tempat wisata atau hotel yang ramah anak juga
Betul banget, tapi seru juga buat pengalaman bepergian bareng anak-anak gini..
Pokoknya child-friendly is a must ya, Mbak. Dulu mah mau ngeteng, bawa ransel sebiji aja bisa. Haha..
Sebelum punya anak, aku termasuk tipe spontan sih mba. Idenya suka muncul pas lagi ngobrol2 sama temen. Nah setelah punya anak aku berubah jadi well prepared yah walaupun suka spontan juga kadang. Yang jelas setelah punya anak, semua hal wajib bgt terencana.
Semua keluarga sama ya kayaknya, rata-rata berubah jadi terencana dan lebih woles setelah punya anak. Nggak ngoyo buat ke mana-mana kayak sebelum punya anak..
Aku jarang sih jalan-jalan. Tapi kalau dulu aku termasuk yang nggak well prepared kalau mau jalan-jalan. Pokoknya asal sampai aja ke kota tujuan habis itu bingung deh mau ke mana. Kalau sekarang sih harusnya well prepared ya biar pas tiba di kota tujuan bisa langsung ke hotel dan ke tempat yang pengen dikunjungi
Iya, nggak enaknya kalau belum tau tujuan mau ke mana bakal bingung pas sampai destinasi. Bisa sih kalau mau eksplorasi, tapi baiknya memang cari tau dulu ya biar langsung cas cis cus nggak menghabiskan waktu lagi buat diskusi mau ke mana?
Wkwkwkwk, makin ke sini, sepertinya sudah ngejalanin semua tipe dah.
Tapi ya memang jadi merasakan efek yg nano nano juga.
Well prepared, kesannya jd serba rempong. Ngikut serba praktis, jatuhnya minta ini itu sama temen jalan. Masih blm bisa sepenuhnya mandiri kayaknya :-))
Semangat, saya juga kayaknya pernah merasakan jadi semua tipe makanya bisa jadi satu tulisan ini. Hihi..
Hhha aku orang yang spontanitas sih, kalau mau traveling tinggal berangkat dan tentuin mau kemana entah itu bersama dengan keluarga ataupun dengan teman-teman atau sahabat. Kadang yang dadakan bisa jadi daripada yang direncanakan hha
Betul banget, kadang kebanyakan wacana malah nggak jadi-jadi ya, Mas. Yang spontan malah jelas tuh langsung berangkat..
wah wah banyak juga ya tipe nya
klo aku sih, setelah menikah jadinya lazy traveler
setelah punya anak, staycation adalah pilihan liburan terfavorit
Staycation is the best choice setelah punya anak ya, Mbak DK. Tinggal pilih peginapan yang serba ada aja.
Kayaknya paduan semuanya. Direncanakan iya, tapi menyediakan waktu untuk staycation atau bermalas-malasan di hotel satu hari atau beberapa jam setelah mengunjungi beberapa tempat.
Kombinasi semua ya, Mbak. Kalai waktu jalan-jalan dan liburannya cukup panjang cocok nih..
Jarang jalan-jalan sih Mbak, tapi kalau yang dilakukan selama ini lebih ke tipe well prepared atau lazy traveler. Hehe
Pingin yang nyantai tapi ada pula yang direncanakan.
Santai tapi tetep ada rencana kegiatan ya Mbak mau ngapain aja. Hehe..
Jadi ingat dulu waktu anak-anak masih kecil aku termasuk jarang travelling karena males ribet urusan packing apalagi anak-anak semuanya alergi cuaca dingin, jadi kalau mau bepergian harus prepare obat-obatan. Lumayanlah setelah anak-anak besar, aku dan suami bisa agak enjoy kalau jalan-jalan meskipun kalau diliat-liat aku termasuk yang spontan soalnya kalau direncanain suka ada aja halangannya.
Wah, kebayang Mbak pasti ribet dan kasian anak juga ya kalau kumat alerginya pas jalan-jalan. Setelah anak-anak besar, ada waktunya lagi ya buat ibu bapaknya jalan-jalan berdua. Hehe..
Kalau saya busy traveler, Mbak. Kebiasaan dengan keluarga kami kalau traveling begitu. Tapi sejak punya anak jadi nggak bisa maksain harus punya jadwal penuh, yang ada kecewa sendiri ketika ekspektasi nggak terpenuhi. Secara anak kecil kan harus punya waktu istirahat, makan, dll. Akhirnya sekarang lebih fleksibel aja.
Iya Mbak Alfa, kalau udah sama anak-anak mah harus ngikut jadwal mereka ya. Kadang kita terlalu bersemangat, anak-anak juga ON terus ternyata mereka udah kelelahan..
Karena aku belum berkeluarga, jadi aku masih tipe well-prepared atau busy traveler sih, jadi mumpung lagi ada di kota yang dituju, ya udah explor semaksimal mungkin, hehe.. Tp kalo udh berkeluarga pasti bakalan menyesuaikan ya mbak
Ih betul, jaman masih single juga disibuk-sibukin aja kalo bepergian ke mana-mana gitu. Nanti setelah berkeluarga harus beradaptasi lagi..
Aku bisa jadi tipe travellers emuanya. Ada di suatu waktu aku tipe well prepared, di lain waktu aku dan suami spontaneous banget. Lazy atau sibuk juga aku pernah ngalaminnya. Ada saat ketika aku cuma pengen gegoleran di penginapan, ada juga saat ketika aku merasa waktu liburan harus digunakan semaksimal mungkin di luar hotel.
Bisa beradaptasi kapan pun dan dimana pun lah ya, Mbak. Mungkin tergantung tempat liburan dan penginapannya juga kali ya, Mbak. Memang ada penginapan yang bikin nempel mulu ama kasur..
Wkkw…iyaya, gempor ngejer anak.
Tapi kami termasuk yang Spontaneous Traveler sih.. Gak banyak rencana, langsung cuuss..
Gak enaknya, kadang kita suka bingung, “Baiknya kemana nih?”
Tapi kan kini ada teknologi canggih, langsung googling, bisa nemu deh…rekomendasi tempat menarik di sebuah daerah yang bagi kami “asing” itu. Makanya, aku sangat mengandalkan rekomendasi dari para traveller blogger nih..
Dukung kak Ima bikin tulisan mengenai tempat-tempat seru yang pernah didatangi.
Itchy feet traveller kan yaa..
Wkwk itchy feet traveler, sa ae Mbak. Doakan semoga aku istiqomah, blog ini diisi sama catatan perjalanan biar kayak lendyaggasi yang udah menemukan niche-nya. Haha..
Kayanya cocok ke busy traveler nih saya dan keluarga ini. Merasa jangan sampai kehilangan kesempatan makanya eksplorasi terus selagi ada waktu uang dan kesempatan hehehe
Kombinasi semua ya, Mbak. Kalai waktu jalan-jalan dan liburannya cukup panjang cocok nih..
Pingback: Pentingnya Fasilitas yang Aman di Rumah Makan
Aku sejak punya anak jadi yang lazy mbak
Paling favorit ya staycation
Pilih aja hotel yg fasilitasnya lengkap, mulai dari ada Playground dan kolamnya
Wes aman deh
Haha, Mbak DK udah bikin jadwal rutin ya kayaknya buat staycation. Lagi liburan pun tetep bawa laptop kalo Mbak DK mah..
Pingback: Makan Seafood di Pantai Depok, Yogyakarta : Apa Istimewanya?
Pingback: Situ Gunung Suspension Bridge : The Long And Winding Bridge -
dari dulu well-prepared karena suka buat itinerary apalagi sekarang pasukan makin banyak. Kalau enggak disiapkan bisa ambyar, heheh
Pingback: Apa Saja Kelebihan dan Kekurangan Tinggal di Apartemen?
Pingback: 5 Rekomendasi Destinasi Honeymoon Romantis untuk Newlyweds - Welcome to Maeplace!