Mae frens, pernah nggak sih kalian tergoda buat liburan ke suatu tempat gara-gara liat konten viral di sosmed? Saya pernah banget! Beberapa waktu yang lalu, udah agak lama sih, saya mengunjungi salah satu tempat makan yang viral banget di media sosial. Destinasi viral ini berada di daerah Tangerang Selatan, jaraknya sekitar 1 jam dari rumah saya (yang sama-sama di Tangsel).
Sesampainya di sana, kami disambut dengan antrean yang mengular untuk masuk ke tempat makan tersebut. Jujur saya sudah ilfeel duluan liatnya. Sudah ada pikiran buat cabut aja, tapi anak saya merengek karena sudah lapar dan tempatnya memang agak blusukan. Jadi PR lagi kalau cari tempat makan lain sekitar sana.
Singkat cerita, rumah makan yang menjual nuansa Jogja dan tempo doeloe ini sama sekali nggak membuat saya terkesan. Okelah kalau udah antre panjang, makanan enak. Sayangnya, menurut saya rasa makanannya es-te-de be-ge-te. Telur krispi yang jadi andalannya berminyak banget, mangut lelenya pahit di lidah (saya) dan pesanan minum kami datangnya lamaaa banget. Udah gitu, kurang satu pula! Sungguh menghadeh.
Baca juga: Menjadi Travel Blogger, Meninggalkan Jejak Digital untuk Mengukir Kenangan
Setelah membaca review-review di tempat lain, ternyata tempat tersebut memang hits di media sosial aja. Review dari Google nggak sebagus itu dan banyak yang mendapatkan pengalaman serupa seperti saya. Nyesel banget nggak ngecek review Google sebelum ke sana.
Fenomena inilah yang disebut sebagai FOMO traveling, padahal nggak semua tempat viral itu worth it. Nggak semua hidden gem viral recommended untuk didatangi. Di sini saya akan bahas serba serbi FOMO traveling dan bagaimana supaya kita nggak terjebak di dalamnya.
Apa itu FOMO Traveling?
Mae frens, pasti udah nggak asing lagi dengar istilah FOMO alias Fear of Missing Out, kan? Nah, kalau FOMO traveling itu versi liburannya. Jadi ada rasa takut ketinggalan tren atau pengalaman seru yang seolah-olah harus kita ikuti, hanya karena semua orang sepertinya sedang pergi ke sana.
Misalnya, liat teman-teman pada posting foto di suatu destinasi viral, terus kita jadi merasa, “Wah, saya juga harus ke sana, nih, biar nggak kudet!” Padahal, belum tentu tempat itu sesuai dengan preferensi atau budget kita.
FOMO traveling sering bikin kita ikut-ikutan hype tanpa pertimbangan matang (seperti saya yang nggak ngecek review dari sumber lain seperti Google). Ujung-ujungnya malah kecewa karena ekspektasi nggak sesuai realita.

Media Sosial, Pemicu FOMO Traveling
Media sosial, terutama Instagram dan TikTok, punya peran besar dalam memicu FOMO traveling. Why? Pertama, algoritma sosmed suka banget membanjiri kita dengan konten-konten destinasi viral yang aesthetic. Pantai biru, spot foto instagenic, atau hidden gem yang seolah wajib dikunjungi.
Belum lagi ada influencer atau akun travel yang memoles review dengan angle terbaik. Sampai kita lupa bahwa di balik foto itu mungkin ada antrean panjang, harga mahal, atau lokasi yang ternyata B aja. Kedua, social proof yang memunculkan efek “kalau banyak yang ke sana, pasti bagus”. Ini akhirnya bikin kita makin tergoda.
Akhirnya apa? Alih-alih liburan buat refreshing, kita malah terjebak dalam siklus ikut-ikutan demi konten atau sekadar biar bisa bilang “saya udah ke sana”. Duh, bikin kapok, sih!
Alasan Destinasi Viral Sering Mengecewakan
Mae frens, pernah nggak sih penasaran kenapa tempat-tempat hits di sosmed sering bikin kecewa pas kita datengin langsung? Nah, kira-kira ini dia penyebab utamanya:
1. Efek Filter dan Angle Foto
Jangan langsung percaya sama foto-foto aestetik di sosmed! Banyak spot yang sebenarnya biasa aja, tapi jadi “Wah!” berkat editing warna dramatis atau angle kamera yang dibikin biar keliatan luas. Aslinya? Bisa jadi sempit, kumuh, atau malah dikelilingi sampah.
Pernah banget nih kejadian di saya waktu dateng ke tempat wisata kayak gini, tepatnya di daerah Lembang. Di media sosial terlihat picture perfect. Saat saya sampai di sana, untuk berjalan dari satu spot ke spot lain saja harus antre kayak penerima bansos!
2. Overhyped
Begitu suatu tempat mulai viral, semua orang langsung bilang “WAJIB dikunjungi!”, padahal belum tentu spesial. Hype berlebihan ini bikin ekspektasi melambung, tapi realitanya… meh.
3. Infrastruktur Tidak Mendukung
Bagi pembaca blog saya yang sudah mengikuti tulisan saya sejak lama, mungkin ingat kejadian saat saya terperosok di lantai kayu sebuah rumah makan di Jogja. Padahal tempatnya viral, digadang-gadang estetik dan nyaman-aman banget buat dikunjungi.

Banyak destinasi viral tiba-tiba dikunjungi ribuan orang, tapi fasilitasnya nggak siap. Contohnya parkiran semrawut, toilet jorok, atau akses jalan yang buruk bikin liburan malah jadi stres. Nggak usah jauh-jauh deh, soal pengalaman pesanan makan dan minuman yang datang tapi nggak lengkap aja udah bisa jadi salah satu tanda kalau sistemnya belum siap untuk jadi destinasi viral.
4. Harga Melambung
Pas tempat wisata mulai tenar, harga tiket masuk, makan, bahkan parkir bisa naik sampai nggak masuk akal! Padahal, dulu sebelum viral harganya masih dalam taraf normal. Duh, cuan-oriented banget, ya?
Jadi, lain kali liat destinasi viral, ingat dulu 4 poin di atas biar nggak terjebak expectation vs reality yang nyebelin! 😅
Dampak Negatif Ikut-ikutan FOMO Traveling
Sebelum kalian ikut-ikutan booking tiket ke destinasi viral cuma karena FOMO, mending baca dulu dampak negatifnya biar nggak nyesel belakangan:
1. Rugi Finansial
Liburan FOMO itu ibarat beli tas KW yang keliatan mentereng di foto, tapi pas sampe rumah, eh kualitasnya ampas. Belum lagi tiket pesawat yang mahal, akomodasi overpriced, plus biaya entry fee yang tiba-tiba naik gara-gara tempatnya lagi hits. Kalo ceritanya gini sih, cuma bikin dompet jebol doang nggak sih?
2. Waktu Terbuang
Daripada stuck di macet berjam-jam cuma buat foto di spot yang sebenarnya biasa aja, mending waktu kalian dipake buat liburan yang beneran worth it. Bayangin aja, udah bangun pagi-pagi, antre panjang, eh dapatnya cuma foto yang gitu doang. No, thanks lah ya!
3. Ekspektasi vs Realita
Ini nih yang paling sering bikin baper! Pas liat di sosmed, pemandangannya aesthetic banget, tapi pas dateng, dapetnya cuma spot kecil yang dikemas biar keliatan keren. Alhasil, yang ada malah kecewa berat karena expectation nggak nyamain reality.
Jadi, sebelum terjebak FOMO traveling, inget-inget lagi kalau sejatinya liburan itu harusnya bikin senang, bukan bikin stres! Kalau perlu, cari destinasi underrated yang lebih autentik dan nggak terlalu hype. Trust me, bakal lebih memuaskan! 😉
Tips Menghindari FOMO Traveling
Maaf ya, kalau tulisan saya kali ini terkesan berapi-api banget. Haha. Meski demikian, bukan berarti teman-teman nggak boleh sama sekali untuk pergi mengunjungi destinasi viral. Boleh banget, kok, asal jangan sampai terjebak fenomena FOMO traveling ini. Cara menghindarinya adalah sebagai berikut:
1. Lakukan Riset Mendalam
Sebelum memutuskan berangkat, cari informasi dan review sebanyak-banyaknya. Nggak cuma dari TikTok atau IG aja, tapi Google Review atau TripAdvisor. Bila perlu, kumpulkan sumber-sumber seperti:
- Baca blog travel yang netral
- Cek review di Google Maps (baca yang rating 3 atau 4 bintang, biasanya paling jujur)
- Tanya teman yang udah pernah ke sana langsung
2. Utamakan Minat Pribadi
Sebelum ikut-ikutan ke tempat viral, coba tanya ke diri sendiri, “Gue emang pengen ke sini atau cuma takut ketinggalan tren?” Jangan sampai kita menghabiskan waktu dan uang ke tempat yang sebenarnya nggak sesuai dengan selera kita.
Misal, kalau emang nggak suka keramaian, nggak usah memaksakan diri datang ke spot foto yang rame banget. Mending cari tempat lebih sepi yang bikin kita betah berlama-lama.
3. Pilih Waktu Kunjungan yang Tepat
Sebenarnya, bisa jadi destinasi viral yang bikin orang-orang FOMO lebih worth it buat didatangin di waktu-waktu tertentu. Coba pilih weekday, atau hari-hari di mana bukan long weekend atau masa liburan sekolah anak. Buat pekerja kantoran, ini agak-agak PR karena harus cuti tentunya.
Atau kalau memang bisanya di akhir pekan atau hari libur lainnya, coba datang lebih awal. Sehingga, bisa juga tuh sebelum terlalu ramai pengunjung, kita sudah selesai menjelajahi tempat wisata tersebut. Tinggal pulang, deh!
4. Belajar Mengelola Ekspektasi
Siapkan ekspektasi serealistis mungkin. Sselalu anggap destinasi viral itu “bagus tapi biasa” sejak awal. Dengan mindset begitu, kalau ternyata bagus beneran kita bakal pleasantly surprised, tapi kalau biasa aja ya nggak terlalu kecewa.
Baca juga: Jelajah Dunia Bawah Laut di BXSea Bintaro
Siapkan juga plan B. Cari tahu tempat alternatif di sekitar lokasi utama buat jaga-jaga kalau tempat utamanya ternyata zonk banget. Ingat, nggak ada tempat yang 100% persis kayak di foto-foto sosmed.
Kalau emang udah terlanjur ke tempat yang nggak sesuai ekspektasi, nggak usah maksain diri buat bilang itu keren. Boleh kok ngaku kecewa. Justru dengan jujur kita bisa bantu orang lain supaya nggak terjebak FOMO traveling juga.
Penutup
Mae frens, gimana nih, udah mulai tercerahkan kan soal fenomena FOMO traveling? Sekarang kalian udah tau trik-trik jitu biar nggak gampang terjebak destinasi viral yang ternyata overrated.
Nah, sekarang saya penasaran juga nih..
- Pernah nggak sih kalian kecewa berat sama tempat wisata viral?
- Atau justru nemu hidden gem yang ternyata jauh lebih keren dari tempat-tempat hits?
- Punya tips lain buat menghindari FOMO traveling?
Yuk share pengalaman juga di kolom komentar! Siapa tau cerita kalian bisa bantu traveler lain buat nggak salah pilih destinasi 😉
Wait, wait, let me guess… apakah Ini tempat makan di sekitaran BSD yang masuknya kudu lewat kuburan itu ya Mba? 🙂
Aku pas main ke Pamulang (rumah adekku) sempat terpikir buat jajal kulineran di sana.
Tapi karena ajak IbuMertua, khawatir ntar jalannya jauhhh dari parkiran mobil, so kami batalin deh rencana itu 🙂
Memang godaan jaman now tuh akun2 foodies di IG atau Tiktok 🙂 Aku sih seringnya klo pas traveling ke luar kota, nanya2 ke sodara atau teman bloger yg memang warlok. Biar ga ketipu
Setuju banget mbak. Emang paling bener mah hindari yang lagi viral, dan utamain baca review Gmaps dulu sebelum datang. Emang sih, di Gmaps juga bakal ada 1-2 review yang gak sesuai, tapi setidaknya kita bakal dapet gambaran plus minusnya bakal gimana. Jadi sebelum berangkat, kita udah bisa tau batas toleransi kita bakal sampe mana.. gitu.
Anti banget dah pokoknya aku maen ke tempat viral. Mending yang jelas-jelas aja.
Untungnya yaa sejuah ini aku bukan tipe orang yang FOMO travelling yaa,,,malah seringnya menghindari tempat2 yang rame lagi hits2 nya nunggu nanti saja kalo sudah agak sepi..kalo gak ya mengunjungi tempat tersebut ya pas bener2 kita ada disana aja gak yang kita bela2in pengorbanan buat kesana gitu sie,,dan bener baik video foto itu sering kali menipu wkwkwk..soalnya kan kita tentu pengennya yang terlihat yang cantik yaa yg jelek disembunyiin jadi perlu banget buat baca review2 nya
Justru tempat wisata yg viral itu kalau membludak malah rusak kotor dan tidak nyaman ya. Makanya saya belum pernah lagi viral segera ke sana. Paling seru justru memilih tempat yg sedang tidak dilirik banyak orang
Kalau saya, saat akan ke suatu tempat bukan karena viral di medsos, Mbak. Tapi terkadang karena meliat postingan teman di medsosnya atau blognya. Jadi ulasannya lebih mendalam dan jelas. Untungnya saya juga pergi ke suatu tempat karena menyesuaikan keinginan. walau viral tapi cocok keinginan, saya tidak pergi. Dan memang, cek dan ricek iru sangat penting. Jangan smapai jauh-jauh ke sana, malah kecewa.
Punya prinsip itu penting dan satu diantaranya kalau adalah, tidak akan pernah makan ditempat yang antriannya panjang, kecuali itu satu-satunya tempat makan yang ada ditempat itu ha ha ha ( Paling males udah buang duit tapi capek )
Untuk tempat traveling, karena punya sifat kurang suka tempat yang ramai jadinya biasanya aku lebih datang duluan sebelum tempat itu ramai atau viral, kecuali memang ada kawan yang mau datang dan kebetulan aku berada di waktu yang sama, itupun perlu berdiskusi dulu, melihat plus minusnya. Boleh dibilang aku sering menemukan tempat baru yang orang lain belum lihat.
Beruntungnya memiliki pandangan bahwa, tidak semua yang terlihat itu sebenarnya. Jadi benar sekali apa yang di tulis ini untuk menghindari FOMO, sediakan waktu untuk RISET Mendalam. Itu benar penting.
Ada juga memang yang karena viral jadinya harganya naik, padahal mungkin B aja.
Alhamdulillah daku bukan tipe yang FOMO-an dengan sesuatu yang viral terus diuber² gitu. Malah cenderung entar²an wkwkwk.
Aku setuju banget, kalau FOMO tuh bisa bikin kita dan orang jadi rugi. Aku bisa ambil contoh aja Bali. Ada salah satu temanku asal swiss tuh cerita, ketika dia bercerita bahwa ia pulang liburan dari Bali, temen-temennya tuh pada datang kesana. Tapi bukan rasa nyaman yang didapat sama temannya, kesan negative salah satunya destinasi itu sangat sesak dan padat. Nah, aku jadi mikir lagi nih FOMO bisa bikin destinasi jadi overtourism. Ini jadi berdampak juga ke image destinasi.
🙁
Duh mana aku selalu save tiap kali ada tempat makan yang viral muncul di medsos. Save dulu, datang kemudian, wkwk. Kalau lihat di medsos itu bikin tertarik banget ya rasanya pengen dikunjungi semua. Padahal nggak terlalu worth it sama kita.
Aku pernah kayak gini juga, ngantrinya mengular banget. Selepas nyoba yang viral malah aku makan lagi di rumah, haha. Hmm kayaknya aku tahu nih mbak tempat yang dimaksud di Tangsel, hehe.
kalau dateng ke lokasi yang viral dan karena penasaran, aku ga terlalu berharap atau berexpetasi lebih. Kadang apa yang diliat di sosmed, memang ada beberapa bagian yang nggak nampak aja.
kalo misalnya aku pas traveling dateng ke tempat itu, selama masih worth it buat ngantri, mungkin aku akan ikutan ngantri, tapi liat situasi juga. Alias nggak memaksakan.
Aduh, baca ini jadi flashback ke masa-masa jalan-jalan sebelum era FOMO traveling meledak.
Dulu aku traveling tuh karena penasaran beneran, dan nyari juga berdasarkan bertanya ke orang yang sudah pernah ke sana atau orang yang asalnya dari sana karena belum ada kecanggihan sosmed.
Tapi ternyata itu esensinya traveling, kita cari tau apa keinginan kita yang sebenarnya, mencari secara detil tentang tempat itu dan baru deh berangkat…
Meski punya kamera saku digital, nggak terlalu banyak foto juga, karena esensi traveling yang utama itu dirasakan untuk diri sendiri, setelah itu baru diabadikan melalui foto utnuk diingat kembali…
Haha aku tuh..
FOMO banget klo ada cafe atau tempat makan baru
Endingnya selalu kecewa
Jauh dari apa yang ditampilkan di medsos
Aku sangat milih-milih tempat kalau mau kulineran ataupun liburan mba. Riset mendalam dan baca google review adalah salah satu cara agar terhindar dari tempat zonk sih serta sampe saat ini bisa diandalkan sekali.
Lebih suka milih tempat karena emang tertarik dan sesuai minat diri. Jadi FOMO Travelling itu Alhamdulillah nggak menjalar ke diri ku. Terima kasih pemaparan detail terkait FOMO Travelling sangat insightful sekali.
Naah, bener banget ini kaak, saya pernah fomo travelling dan ternyata ppas sampai ke tempat yang dituju kesannya B aja. Tidak seheboh di fotonya pas lihat di media sosial. Jadi sekaranga kesini-kesininya , saya kalau melihat yang viral-viral gini suka lihat review nya di google kan suka ada yaa, naah itu sama saya dibaca dulu. Kalau reviewnya bagus bismillah saya suka datang kesana. Kalau revoewnya banyak yang negatof saya biasanya gak jadi kesana.
Destinasi viral mengecewakan itu bisa juga krn viralnya itu gegara bayar influencer kak. Aku sih udh gak percaya sm yg viral² di medsos, selalu hiperbola reviewnya. Intinya jgn ikut²an fomo n selalu cek komen/review dr berbagai media. Thanks remindernya ya
sebagai orang yang sudah traveling lama, yang jarang upload-upload pas ada hidden gem atau tempat baru alasannya adalah itu, karena salah satu alasannya bisa merusak tempat wisata itu sendiri, tapi karena sekarang udah sering upload jadi kayaknya hidden gem udah mulai banyak yang tahu, dan sebagai lulusan pariwisata, paham betul carrying capacity itu wajib banget untuk diterapkan biar ga merusak destinasi wisata
Ini dari cerita temen-temen sih
Banyak yang nyesel pergi ke suatu tempat tapi pas sampai sana zonk karena ga sesuai ekspektasi
Kalau saya biasanya nunggu vibesnya agak turun dulu baru kesana
Atau pergi pas hari kerja, bukan pas liburan
Terus kalau mampir ke tempat makan tuh patokannya ramai pengunjungnya atau engga
Semakin ramai semakin enak katanya sih begitu
Tapi sebelumnya lihat review di google juga sampai rating terendahnya biar ngga kaget pas sampi disana
Aku diajarin adekku kalo ngliat review skarang di tiktok.
hahaha.. soalnya mereka juga nyediain video yang pastinya kliatan banget kalo ada sesuatu yang ingin di hidden by angle, kaan..
Termasuk nyari diskonan. Nyari dengan kata kunci yang tepat, nanti bisa dapet tuh pocer-pocer menarik yang mayan lah yaa.. semisal ada buy 1 get 1 free ticket.
Kalau ga tiktok, by hastag di IG.
Meski ini gak bisa dibilang mantep juga sii.. karena algoritma IG rada aneh skarang yaah.. sama kayak X.
Ada beberapa konten yang gak ke detect atau malah ilang setelah beberapa pekan.